Selasa, 31 Januari 2017

Masoso bambang mamasa

              EMBUN BIRU  DI BAWA KAKI GUNUNG PASAPAK… (DESA MASOSO)
     Suaranya menderu seakan  mengajak sang mentari untuk menampakkan dirinya. Mereka bernyanyi riang menikmati hidup indah di alam ini. “Tittihio’ suara burung itu membangunkan tidurku seakan menyuruh bangun dan menghirup udarah pagi yang sejuk di bawah kaki gunung yang begitu indah.
Disinilah awal ceritaku yang akan menambah pengetahuan dan wawasan kita, betapa indah dan uniknya karya Tuhan di bumi Kondo Sapatak.  EMBUN DIBAWA KAKI GUNUNG PASAPAK.. (DESA MASOSO).

 Pagi ini terasa sejuk, seprerti biasa orang-orang di desaku sudah bersiap untuk melakukan aktifitas mereka. Kalau orang-orang di desaku mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, maklumlah karna pedesaan dan tempatnya di pegunungan. Pagi ini ibuku sudah menyiapkan kopi pahit dan pisang goreng sebagai makanan penghilang ngantuk pagi. Tak perlu bertanya tentang ayahku dia adalah pria yang gagah perkasa, tadi sebelum aku bangun ayah sudah berangkat ke sawah, nunggu padi yang selalu diganggu oleh hama Tikus dan burung pipit.
  Kalau di desaku pokoknya hidupku damai terasa, tidak sama kalau di kota hanya tinggal di kamar kos yang sepi tidak ada kopi, pisang goreng apalagi suara khas orang di kampungku yang selalu saling ngeledek satu sama lain. Kebetulan saat ini lagi liburan, jadi nikmati lagi the kedamaian yang tidak pernah aku dapatkan di tempat lain.

 Tak menunggu waktu lama aku segera habiskan kopi satu cangkir, enak sihh. Kan kopi asli kampungku baunya khas harum sampai-sampai telapak kaki pun ikut mencium aroma khasnya. Sambil ditemani suara burung-burung yang ada di luar sana bertenggeran di dahan pohon, aku memutar musik, lagu daerah. Di kampungku tiada pagi tanpa putar musik. Pokoknya sudah menjadi kebiasaan pagi, setiap rumah tidak ada yang istimewanya kalau paginya tanpa putar musik. Hehehe, maklumlah sudah menjadi kebiasaan orang-orang di sini. Kampungku yang damai di hati.

   Kampungku, itulah kata yang ku ucapkan saat matahari mulai menampakkan dirinya menyinari seluruh penjuru dan sudut  kampungku. Indah dan damai kurasakan melihat pemandangan yang begitu megah dan mempesona, pemandangan terindah yang tidak pernah ada di tempat. Tanpa basa-basi aku langsung teriak menghilangkan rasa kantuk yang masih menyelimuti pagiku, tapi teriakan itu mala membuat masalah, aku ditegur orang-orang di rumah.Aku jadi merasa bersalah, tapi ndak apalah yang penting hari ini menyenangkan.
 Dari jarak jauh kulihat orang-orang mulai berangkat kerja, ada yang ke kebun, ke sawah, kalau anak sekolah, pastinya ke sekolah. Karna kebetulan Ayahku hari ini ke sawah, jadi aku juga ikut ke sawah. Di sana ada pondok kecil tempat bertedu dari sinar matahari dan juga hujan. Biasanya kalau  setiap pematang sawah di kampungku selalu ada pondokan kecil tempat nunggu serangan musuh terbesar, burung pipit nakal, yang akan merusak tanaman padi.
  Tiba di sawah kulihat ayahku sedang duduk di dalam pondokan itu, sedang bakar tanah yang sudah di cetak mejadi bulatan. Wahh ternyata ayahku lagi membuat peluru senjata sedeerhana untuk mengusir burung pipit. Senjata itu namanya SAMBAM, bahasa kampungku. Pokoknya senjatanya unik, dari kecil aku sudah biasa melihatnya kalau lagi sedang musim panggampa denasam.(menunggu hewan pemakan padi).
   Tak sengaja mataku melirik ke sebuah gunung yang menjulang tinggi di kampungku, orang di sini menamai gunung “PASAPAK”. Ada sebuah keanehan yang timbul dalam benakku, lalu aku menatap semua gunung yang ada di sekeliling kampungku. Karna rasa penasaran aku bertanya pada ayah, “kok gunung PASAPAK warnanya beda sama gunung yang lain, kelihatan biru sekali??,   Mungkin karna ayah lebih dulu mengetahui tentang keunikan itu, dia hanya menjawab; ”iya memang begitu, coba kamu melihatnya dari jarak yang jauh pasti warnanya sangat jauh berbeda dari yang lainnya. Lima menit waktuku berpikir dan merenungkannya, tapi ada sebuah kesimpulan yang aku ambil dan memang logika berpikir yang benar, karena Ayah juga mengatakan hal yang sama, bahwa gunung PASAPAK, merupakan gunung yang sangat subur dan berada di tempat yang sangat strategis , sinar matahari pagi langsung menyinari karena gunungnya menghadap ke timur. Semuah tanaman yang ada di sana sangat subur, utamanya kakao sebagai tanaman komuditas unggulan di kampungku. Kebanyakan hasil panen kakao di kampungku berasal dari gunung PASAPAK.
 Banyak hal dan mitos dari gunung PASAPAK ini, sering kali juga teman-taman kampungku mendaki ke puncaknya. Di puncak gunung ini ada sebuah bukti sejarah yang menandakan bahwa orang belanda juga pernah menjajah orang di kampungku. Di sana terdapat sebuah benteng pertahanan belanda, bentuknya bulat dan bertapak di pinggirannya, biasanya orang tua di kampungku menyebut ‘benteng Belanda’, berada tepat di atas puncak tertinggi gunung pasapak.  Kalau di sana pemandangannya indah dan kita bisa melihat kampung-kampung di suku Bambam, kecuali yang dihalangi oleh gunung. Bentengnya sangat luas, kurang lebih bisa menampung satu heli kopter untuk tempat pendaratan.
 Waduh lama bercerita, tapi ndak apalah aku juga sekarang tidak punya kerjaan..
   Pokoknya aku bangga dengan kampungku, banyak hal yang belum aku tau banyak dari kampungku ini, GUNUNG PASAPAK, tali kehidupan kampungku, di sana semua mahluk yang hidup bersuka cita dengan kedamaian yang diberikannya khususnya bagi kami anak cucu yang hidup dalam naungan harapan hidup.
  Lama aku membayangkan, megah dan unik gunung itu, ada juga cerita yang sering dibicarakan orang tua bahwa di dalam perut gunung PASAPAK ada sebuah aliran sungai yang sangat besar, itu sebabnya banyak mata air yang keluar dari gunung itu. Dulu orang belanda perna meneliti gunung ini, dan timbullah hasil penelitian seperti yang dikatakan oleh orang tua di kampungku.

  Terlebih membanggakan kaki gunung pasapak tepatnya di kampungku pernah menjadi landasan udarah heli kopter kepunyaan belanda. Benarkah demikian???. Ternyata itu sungguh luar biasa karna ayah dan ibuku menjadi saksi semua itu, beserta semua orang tua masyarakat MASOSO.
   Dulu waktu orang tuaku masih kecil, ada hal yang mengejutkan sebuah heli kopter Belanda keliling di atas langit kampungku dan mendarat di sebuah tempat yang tidak begitu luas, anehnya karna di kampungku ini tidak ada datararan yang luas yg kapasitasnya bisa menampung heli koper.
   Meurut orang tua, heli kopter itu sedang mencari emas yang berada di sekitar Salu mambie yang melintasi kampungku, karna dari atas mereka melihat ada dataran yang sangat luat, makanya orang belanda mendaratkan heli kopternya di situ..
    Menurut mereka dari atas heli copter dataran yang ada di kaki gunung Pasapak ini terlihat luas, setelah sampai di bawah ternyata beda dengan penglihatan, cukup sempit. Begitulah uniknya gunung pasapak, neh tapi nyata.
   Gunung pasapak ini letaknya di sebela barat kampungku, kalau utara, selatan dan barat kampung tetanggaku…

 Hmmm, lamah bercerita, soal PASAPAK. Tpi, ada juga hal menarik dari kampungku ini apakah itu???, masyarakatnya yang ramah dan baik hati. Di kampungku masih ada yang namanya gotong royong, misalnya makkelompok, atau ma’pangganna.
Pokoknya senang the hidup di kampungku, hidup damai penuh warna biru kehidupan layaknya gunung pasapak. “EMBUN BIRU DI KAKI GUNUNG PASAPAK’  (DESA MASOSO).

JUDUL  :   EMBUN DI KAKI GUNUNG PASAPAK (DESA MASOSO)
KARYA : IRSAN KAMBEAN Y
BENTUK : CERITA DALAM KARYA TULIS//LEGENDA


 



Jumat, 22 Januari 2016

aku ingin jadi petani



       AKU INGIN JADI PETANI HEBAT
               SEPERTI AYAHKU
 
    IRSAN KAMBEAN
 Latar belakang keluarga seseorang sering kali menjadi sudut pandang tersendiri bagi sebagian kalangan bahkan menjadi penilaian yang paling penting bagi kalangan tertentu. Misalnya dengan memandang derajat kehidupan, perekonomian, keuangan, dan pendidikan. Pekerjaan kepalah keluarga juga adalah yang paling penting dalam penilaian tersebut.   

     Sehingga banyak remaja, muda-mudi yang sering bangga akan pekerjaan ayahnya karena sungguh menakjubkan. Namun terkadang mereka yang  lain memiliki Ayah yang pekerjaannya biasa-biasa saja.

   Namun apa yang akan anda rasakan jika latar belakang keluarga anda adalah keluarga petani yang kehidupannya bergantung pada pekerjaan di sawah dan ladang.

  Inilah dilemah tersendiri bagi orang yang latar belakang keluarganya adalah petani. Terlebih bagi anak-anak petani itu sendiri. Sebagai anak petani menjalani kehidupan dalam keluarga sangatlah sulit.

  Masa kecil yang seharusnya jadi masa senang dan waktu bermain dengan teman-teman terhalangi karena membantu pekerjaan orang tua. Masa remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan jiwa  seharusnya digunakan untuk bergaul dengan kehidupan layak perkotan dan mengenal kehidupan sekitar  berbalik arah menjadi masa bergaul dengan hutan belantara dan kehidupan  pedesaan. Disaat Dewasa, adalah masa yang paling berharga untuk mencari perubahan besar dalam hidup, mengejar impian dan tempat untuk mengenal Dunia, menjadi suram dan tenggelam oleh keberadaan hidup keluarga yang kurang mampu untuk merespon impian dan tujuan itu.

  Semua hal ini juga saya rasakan, keluargaku adalah keluarga petani. Ayahku adalah petani ibuku juga petani. Tak heran jika saya juga dipanggil petani, namun itu adalah kebanggaan saya karena kehidupan petani membuat jiwaku dekat dengan alam dan keperkasaan hidup.

  Mengenal kehidupanku lebih jauh akan membuat kita merasa bahwa tidak selamanya hidup sebagai anak petani menjadikan hidup kita terbatas akan hal yang meyenangkan. Buktinya silahkan kita simak cerita singkat hidupku sebagai anak petani.

  Dari lahir saya dibesarkan dan diajari oleh orang tuaku tentang cara hidup, cara berprilaku baik dan sopan serta mencari nafka. Karena kebetulan ayahku seorang petani sering kali membuatku terjun ke sawah, ke kebun bahkan masuk hutan untuk mencari kayu bakar.

   Memang benar seorang ayah tujuannya muliah. Untuk menafkahi keluarga terlebih buah hatinya. Sama seperti ayahku relah kerja keras demi keluarga dan masa depanku. Bayangkan sebelum pajar menyingsing ayahku sudah berada di kebun. Pengorbanan setiap harinya adalah mustahil terjadi bagi keluarga yang lain, pengorbanan ayahku bukan hanya melibatkan tenaga, waktu tapi  nyawapun taruhannya. Bayangkan.,,, Kampungku berada di bawah kaki pegunungan yang terjal dan banyak jurang di sana. Di pegunungan inilah terhampar perkebunan diantaranya kebun kami, kantor ayahku setiap hari yang terjal dan membahayakan. Apalagi umur ayahku sudah menginjak setengah abat. Sungguh memilukan orang tua yang sudah lanjut umur harusnya menghabiskan hari-harinya di rumah menjadi terhalang karena kehidupan keluarga yang harus terpenuhi.

Saya pun sedikit termenung, melihat cara ayahku bekerja. Hanya ketika sang mentari lenyap dari pandangan, saat itu Pahlawan ini berada di rumah itupun paginya harus kembali ke kebun.

  Pada kenyataannya ayahku sahabat kebun, sawah sekalipun;  tidak pernah merasa lelah bahkan kesehariannya selalu semangat untuk mencarikan kami nafka.

 Ayahku memang hebat, seorang yang TAMPAN, GAGAH, DAN BERANI. Pujian dan kata-kata itu patut dilontarkan buat ayahku. 22 tahun umurku saat ini menandakan bahwa pengorbanan ayah sungguh panjang. Namun ukuran umur pengorbanan ayaku tidak sampai di situ. Sebelum saya lahir sudah ada saudaraku yg lain, buah hati ayah dan ibu. Yaitu 3 orang kakak kandungku

. Dan yang paling mengesankan umur kakakku yang sulung hampir mencapai 40 tahun. Coba bayangkan perjalanan hidup dan pengorbanan serta pengabdiannya sangat panjang. Penderitaan, duka, pengorbanan menjadi bumbu kehidupan ayahku selama ini.

  Entah dari mana ayah mendapatkan nafka buat kami. Sesuatu yg mahal harganya ayah pun bisa berikan buat kami. Yang pasti selama aku hidup bersama pengorbanan ayahku kebahagiaan melingkupi hidupku. Jawaban yang pantas dunia berikan bagi sosok ayah yang hebat ini adalah “cintanya muliah pada keluarga, SOSOK YANG PERKASA,PAHLAWAN KEHIDUPAN, LAMBUNG KUSUKSESAN.

  Ayah memang seorang petani, namun bukan petani biasa. Dia petani sukses, suksek membahagiakan keluarga, sukses memberikan hidup yang layak buat kami, ayahku juga sukses membuat kami menjadi manusia yang sebenarnya, sukses menyekolahkan kami.

 Ayahku juga bukan petani biasa, Dia petani yang luar biasa. Semangatnya luar biasa, cintanya luar biasa, tujuannya luar biasa, pisiknya luar biasa.



   Dari dulu hidupku selalu bahagia sampai saat ini karena sosok ayah yang hebat ini.

 Rinduku memang selalu melayang buat Pahlawanku ini.

 Namun tidak banyak waktu bertemu buat ayahku. Apalagi status saya saat ini adalah mahasisiwa FISIP semester 6  salah satu perguruan tinggi swasta di kota. sangat jauh dari sosok pahlawanku itu dan tidak ada yang bisa saya berikan yang menyenangkan hati ayahku seperti yang ia berikan untuk menyenangkanku.


 Hanya satu yang akan saya berikan buat ayaku “SAYA INGIN MENJADI PETANI SEPERTI AYAH”. Cara ayah menghidupi kami adalah emas bagiku, sebuah bekal hidup yang sangat berharga untuk kesuksesanku.


  Dan setelah mendapat gelar sarjana nanti, saya tidak hidup seperti layaknya sarjana yang lain. Yang saya mau jadi petani seperti ayah, PETANI BERDASI.

 Saya ingin jadi PETANI BERDASI untuk AYAHKU

  

    TERIMAH KASIH

Rabu, 20 Januari 2016

Irsan Kambean: MASOSO KAMPUNGKU

Irsan Kambean: MASOSO KAMPUNGKU:                MASOSO   KAMPUNGKU   Masoso adalah desa yang berpenduduk kecil d...

MASOSO KAMPUNGKU


             MASOSO  KAMPUNGKU

 Masoso adalah desa yang berpenduduk kecil dan termasuk wilayah  pemerintahan dari ibukota kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
  Letak Desa Masoso berada di bagian barat Sulawesi yaitu kecamatan Bambang, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
   Nah.. itulah secara singkat pengenalan akan kampungku ini.
Untuk mengenal lebih jauh, silahkan baca dan simak Tulisan ku ini.


MASOSO TANAH MULIA DAN KEDAIMAIAN DI BALIK GUNUNG
 Alam dan mahluk hidup yang ada
Di kampungku memang selalu menyatu. Makanya Desaku ini selalu memberikan kehidupan yang damai dan penuh kelimpahan dengan sumber daya alam yang ada.

 Bukan hanya itu….. Karena penduduknya yang ramah, Masyarakat di kampungku disegani oleh penduduk desa sekitar. Hebat kan????’
 Bukan hanya itu. 
Desaku juga adalah penghasil buah kakao terbaik. Kok bisaaaaa….??. Karena keadaan lingkungan dan juga struktur tanah yang ada,makanya desaku ini memang sangat di sukai tanaman kakao untuk tumbuh, hehe.

 Waoo… sungguh menakjubkan Desaku ini. Tanah yang subur, Masyarakat yang hidup damai menandakan bahwa sorga dan keindahannya ada di pelosok Kampung Halamanku.
 Kalau gitu, mari dan berkunjunglah ke Masoso, kampungku yang damai.

 Berbicara tentang damai, tidak kalah pentingnya juga dengan kesenangan hidup. Waahh, apa hubungannya dengan kampungku ini????. Hehheh..Hubungannya adalah Penorama alam yang indah.
Yukkk, saya kenalkan wisata tersembunyi dan masih asri di Desaku. Soal permandian, pasti ada. 

  Bayangkan 3 hulu sungai dan ratusan mata air pegunungan menghiasi kehidupan di kampungku. Tidak heran jika penduduk di kampungku selalu kelebihan pasokan air bersih. Soal permandian silahkan terjun ke sungai, terserah pilih sungai yang mana. Pastinya kamu akan kagum melihat sumgai-sungai di kampungku.   
 Takkalah pentingnya juga jika kita
Sedikit menuju pemandangan yang
 Menghibur mata. Tadi soal sungai
 Sekarang kita menuju gunung yang
Tinggi menjulang mengelilingi Desaku.

   Karena berada di lembah Desaku ini memang sedikit beriklim dingin. Hebat kan, tidak perlu poyah-poyah beli mesin pendingin karena sudah dingin alami. Air yang dingin, limgkungan yang dingin memberikan nuansa yang indah dengan keelokam desaku ini.
  
Sejauh Mata memandang, pasti akan berhenti di setiap keindahan gunung yang menjadi pagar ayu desaku. Tak heran jika pohon kakao selalu siap mendampingimu jika berkunjung ke Desaku, karena pohon cinta akan gunung yang indah. Hehehe..
    Sekian dulu yaaa.. sedikit hal tentang kampungku. Sebenarnya masih ada ribuan yang akan kuceritakan soal Kampung halamanku, tapi butuh waktu untuk mengingatnya kembali. (maklum sering lupa-lupa ingat)..

  
  Sekian dan terima kasih, syalom dan salam sejahtera.
   Saya IRSAN KAMBEAN pamit undur diri….