AKU INGIN JADI PETANI HEBAT
SEPERTI AYAHKU
IRSAN KAMBEAN
Latar
belakang keluarga seseorang sering kali menjadi sudut pandang tersendiri bagi
sebagian kalangan bahkan menjadi penilaian yang paling penting bagi kalangan
tertentu. Misalnya dengan memandang derajat kehidupan, perekonomian, keuangan,
dan pendidikan. Pekerjaan kepalah keluarga juga adalah yang paling penting
dalam penilaian tersebut.
Sehingga banyak remaja, muda-mudi yang sering bangga akan pekerjaan
ayahnya karena sungguh menakjubkan. Namun terkadang mereka yang lain memiliki Ayah yang pekerjaannya
biasa-biasa saja.
Namun apa yang akan anda rasakan jika latar
belakang keluarga anda adalah keluarga petani yang kehidupannya bergantung pada
pekerjaan di sawah dan ladang.
Inilah
dilemah tersendiri bagi orang yang latar belakang keluarganya adalah petani.
Terlebih bagi anak-anak petani itu sendiri. Sebagai anak petani menjalani
kehidupan dalam keluarga sangatlah sulit.
Masa
kecil yang seharusnya jadi masa senang dan waktu bermain dengan teman-teman
terhalangi karena membantu pekerjaan orang tua. Masa remaja adalah masa
pertumbuhan dan perkembangan jiwa
seharusnya digunakan untuk bergaul dengan kehidupan layak perkotan dan
mengenal kehidupan sekitar berbalik arah
menjadi masa bergaul dengan hutan belantara dan kehidupan pedesaan. Disaat Dewasa, adalah masa yang
paling berharga untuk mencari perubahan besar dalam hidup, mengejar impian dan
tempat untuk mengenal Dunia, menjadi suram dan tenggelam oleh keberadaan hidup
keluarga yang kurang mampu untuk merespon impian dan tujuan itu.
Semua hal ini juga saya rasakan, keluargaku
adalah keluarga petani. Ayahku adalah petani ibuku juga petani. Tak heran jika
saya juga dipanggil petani, namun itu adalah kebanggaan saya karena kehidupan
petani membuat jiwaku dekat dengan alam dan keperkasaan hidup.
Mengenal
kehidupanku lebih jauh akan membuat kita merasa bahwa tidak selamanya hidup
sebagai anak petani menjadikan hidup kita terbatas akan hal yang meyenangkan.
Buktinya silahkan kita simak cerita singkat hidupku sebagai anak petani.
Dari
lahir saya dibesarkan dan diajari oleh orang tuaku tentang cara hidup, cara
berprilaku baik dan sopan serta mencari nafka. Karena kebetulan ayahku seorang
petani sering kali membuatku terjun ke sawah, ke kebun bahkan masuk hutan untuk
mencari kayu bakar.
Memang
benar seorang ayah tujuannya muliah. Untuk menafkahi keluarga terlebih buah
hatinya. Sama seperti ayahku relah kerja keras demi keluarga dan masa depanku.
Bayangkan sebelum pajar menyingsing ayahku sudah berada di kebun. Pengorbanan
setiap harinya adalah mustahil terjadi bagi keluarga yang lain, pengorbanan
ayahku bukan hanya melibatkan tenaga, waktu tapi nyawapun taruhannya. Bayangkan.,,, Kampungku
berada di bawah kaki pegunungan yang terjal dan banyak jurang di sana. Di
pegunungan inilah terhampar perkebunan diantaranya kebun kami, kantor ayahku
setiap hari yang terjal dan membahayakan. Apalagi umur ayahku sudah menginjak
setengah abat. Sungguh memilukan orang tua yang sudah lanjut umur harusnya
menghabiskan hari-harinya di rumah menjadi terhalang karena kehidupan keluarga
yang harus terpenuhi.
Saya pun sedikit termenung, melihat cara ayahku
bekerja. Hanya ketika sang mentari lenyap dari pandangan, saat itu Pahlawan ini
berada di rumah itupun paginya harus kembali ke kebun.
Pada
kenyataannya ayahku sahabat kebun, sawah sekalipun; tidak pernah merasa lelah bahkan kesehariannya
selalu semangat untuk mencarikan kami nafka.
Ayahku
memang hebat, seorang yang TAMPAN, GAGAH, DAN BERANI. Pujian dan kata-kata itu
patut dilontarkan buat ayahku. 22 tahun umurku saat ini menandakan bahwa
pengorbanan ayah sungguh panjang. Namun ukuran umur pengorbanan ayaku tidak
sampai di situ. Sebelum saya lahir sudah ada saudaraku yg lain, buah hati ayah
dan ibu. Yaitu 3 orang kakak kandungku
. Dan yang paling mengesankan umur kakakku yang
sulung hampir mencapai 40 tahun. Coba bayangkan perjalanan hidup dan
pengorbanan serta pengabdiannya sangat panjang. Penderitaan, duka, pengorbanan
menjadi bumbu kehidupan ayahku selama ini.
Entah
dari mana ayah mendapatkan nafka buat kami. Sesuatu yg mahal harganya ayah pun
bisa berikan buat kami. Yang pasti selama aku hidup bersama pengorbanan ayahku
kebahagiaan melingkupi hidupku. Jawaban yang pantas dunia berikan bagi sosok
ayah yang hebat ini adalah “cintanya muliah pada keluarga, SOSOK YANG
PERKASA,PAHLAWAN KEHIDUPAN, LAMBUNG KUSUKSESAN.
Ayah memang seorang petani, namun bukan petani
biasa. Dia petani sukses, suksek membahagiakan keluarga, sukses memberikan
hidup yang layak buat kami, ayahku juga sukses membuat kami menjadi manusia
yang sebenarnya, sukses menyekolahkan kami.
Ayahku
juga bukan petani biasa, Dia petani yang luar biasa. Semangatnya luar biasa,
cintanya luar biasa, tujuannya luar biasa, pisiknya luar biasa.
Dari dulu
hidupku selalu bahagia sampai saat ini karena sosok ayah yang hebat ini.
Rinduku
memang selalu melayang buat Pahlawanku ini.
Namun tidak
banyak waktu bertemu buat ayahku. Apalagi status saya saat ini adalah
mahasisiwa FISIP semester 6 salah satu
perguruan tinggi swasta di kota. sangat jauh dari sosok pahlawanku itu dan
tidak ada yang bisa saya berikan yang menyenangkan hati ayahku seperti yang ia
berikan untuk menyenangkanku.
Hanya satu yang akan saya berikan buat ayaku “SAYA INGIN MENJADI PETANI SEPERTI AYAH”. Cara ayah menghidupi kami adalah emas bagiku, sebuah bekal hidup yang sangat berharga untuk kesuksesanku.
Dan setelah mendapat gelar sarjana nanti, saya tidak hidup seperti layaknya sarjana yang lain. Yang saya mau jadi petani seperti ayah, PETANI BERDASI.
Saya
ingin jadi PETANI BERDASI untuk AYAHKU
TERIMAH KASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar