Jumat, 22 Januari 2016

aku ingin jadi petani



       AKU INGIN JADI PETANI HEBAT
               SEPERTI AYAHKU
 
    IRSAN KAMBEAN
 Latar belakang keluarga seseorang sering kali menjadi sudut pandang tersendiri bagi sebagian kalangan bahkan menjadi penilaian yang paling penting bagi kalangan tertentu. Misalnya dengan memandang derajat kehidupan, perekonomian, keuangan, dan pendidikan. Pekerjaan kepalah keluarga juga adalah yang paling penting dalam penilaian tersebut.   

     Sehingga banyak remaja, muda-mudi yang sering bangga akan pekerjaan ayahnya karena sungguh menakjubkan. Namun terkadang mereka yang  lain memiliki Ayah yang pekerjaannya biasa-biasa saja.

   Namun apa yang akan anda rasakan jika latar belakang keluarga anda adalah keluarga petani yang kehidupannya bergantung pada pekerjaan di sawah dan ladang.

  Inilah dilemah tersendiri bagi orang yang latar belakang keluarganya adalah petani. Terlebih bagi anak-anak petani itu sendiri. Sebagai anak petani menjalani kehidupan dalam keluarga sangatlah sulit.

  Masa kecil yang seharusnya jadi masa senang dan waktu bermain dengan teman-teman terhalangi karena membantu pekerjaan orang tua. Masa remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan jiwa  seharusnya digunakan untuk bergaul dengan kehidupan layak perkotan dan mengenal kehidupan sekitar  berbalik arah menjadi masa bergaul dengan hutan belantara dan kehidupan  pedesaan. Disaat Dewasa, adalah masa yang paling berharga untuk mencari perubahan besar dalam hidup, mengejar impian dan tempat untuk mengenal Dunia, menjadi suram dan tenggelam oleh keberadaan hidup keluarga yang kurang mampu untuk merespon impian dan tujuan itu.

  Semua hal ini juga saya rasakan, keluargaku adalah keluarga petani. Ayahku adalah petani ibuku juga petani. Tak heran jika saya juga dipanggil petani, namun itu adalah kebanggaan saya karena kehidupan petani membuat jiwaku dekat dengan alam dan keperkasaan hidup.

  Mengenal kehidupanku lebih jauh akan membuat kita merasa bahwa tidak selamanya hidup sebagai anak petani menjadikan hidup kita terbatas akan hal yang meyenangkan. Buktinya silahkan kita simak cerita singkat hidupku sebagai anak petani.

  Dari lahir saya dibesarkan dan diajari oleh orang tuaku tentang cara hidup, cara berprilaku baik dan sopan serta mencari nafka. Karena kebetulan ayahku seorang petani sering kali membuatku terjun ke sawah, ke kebun bahkan masuk hutan untuk mencari kayu bakar.

   Memang benar seorang ayah tujuannya muliah. Untuk menafkahi keluarga terlebih buah hatinya. Sama seperti ayahku relah kerja keras demi keluarga dan masa depanku. Bayangkan sebelum pajar menyingsing ayahku sudah berada di kebun. Pengorbanan setiap harinya adalah mustahil terjadi bagi keluarga yang lain, pengorbanan ayahku bukan hanya melibatkan tenaga, waktu tapi  nyawapun taruhannya. Bayangkan.,,, Kampungku berada di bawah kaki pegunungan yang terjal dan banyak jurang di sana. Di pegunungan inilah terhampar perkebunan diantaranya kebun kami, kantor ayahku setiap hari yang terjal dan membahayakan. Apalagi umur ayahku sudah menginjak setengah abat. Sungguh memilukan orang tua yang sudah lanjut umur harusnya menghabiskan hari-harinya di rumah menjadi terhalang karena kehidupan keluarga yang harus terpenuhi.

Saya pun sedikit termenung, melihat cara ayahku bekerja. Hanya ketika sang mentari lenyap dari pandangan, saat itu Pahlawan ini berada di rumah itupun paginya harus kembali ke kebun.

  Pada kenyataannya ayahku sahabat kebun, sawah sekalipun;  tidak pernah merasa lelah bahkan kesehariannya selalu semangat untuk mencarikan kami nafka.

 Ayahku memang hebat, seorang yang TAMPAN, GAGAH, DAN BERANI. Pujian dan kata-kata itu patut dilontarkan buat ayahku. 22 tahun umurku saat ini menandakan bahwa pengorbanan ayah sungguh panjang. Namun ukuran umur pengorbanan ayaku tidak sampai di situ. Sebelum saya lahir sudah ada saudaraku yg lain, buah hati ayah dan ibu. Yaitu 3 orang kakak kandungku

. Dan yang paling mengesankan umur kakakku yang sulung hampir mencapai 40 tahun. Coba bayangkan perjalanan hidup dan pengorbanan serta pengabdiannya sangat panjang. Penderitaan, duka, pengorbanan menjadi bumbu kehidupan ayahku selama ini.

  Entah dari mana ayah mendapatkan nafka buat kami. Sesuatu yg mahal harganya ayah pun bisa berikan buat kami. Yang pasti selama aku hidup bersama pengorbanan ayahku kebahagiaan melingkupi hidupku. Jawaban yang pantas dunia berikan bagi sosok ayah yang hebat ini adalah “cintanya muliah pada keluarga, SOSOK YANG PERKASA,PAHLAWAN KEHIDUPAN, LAMBUNG KUSUKSESAN.

  Ayah memang seorang petani, namun bukan petani biasa. Dia petani sukses, suksek membahagiakan keluarga, sukses memberikan hidup yang layak buat kami, ayahku juga sukses membuat kami menjadi manusia yang sebenarnya, sukses menyekolahkan kami.

 Ayahku juga bukan petani biasa, Dia petani yang luar biasa. Semangatnya luar biasa, cintanya luar biasa, tujuannya luar biasa, pisiknya luar biasa.



   Dari dulu hidupku selalu bahagia sampai saat ini karena sosok ayah yang hebat ini.

 Rinduku memang selalu melayang buat Pahlawanku ini.

 Namun tidak banyak waktu bertemu buat ayahku. Apalagi status saya saat ini adalah mahasisiwa FISIP semester 6  salah satu perguruan tinggi swasta di kota. sangat jauh dari sosok pahlawanku itu dan tidak ada yang bisa saya berikan yang menyenangkan hati ayahku seperti yang ia berikan untuk menyenangkanku.


 Hanya satu yang akan saya berikan buat ayaku “SAYA INGIN MENJADI PETANI SEPERTI AYAH”. Cara ayah menghidupi kami adalah emas bagiku, sebuah bekal hidup yang sangat berharga untuk kesuksesanku.


  Dan setelah mendapat gelar sarjana nanti, saya tidak hidup seperti layaknya sarjana yang lain. Yang saya mau jadi petani seperti ayah, PETANI BERDASI.

 Saya ingin jadi PETANI BERDASI untuk AYAHKU

  

    TERIMAH KASIH

Tidak ada komentar: